KR-Plus

welcome to our blog

We are Magcro

Powered by Blogger.

Posts

Comments

The Team

Blog Journalist

Connect With Us

Join To Connect With Us

Portfolio


  •  


    Di sebuah sekolah terdapat banyak siswa yang sedang belajar. Tidak terkecuali Kevin, dia merupakan seorang anak yang bersekolah di sekolah tersebut. O iya, dia itu kelas 3 SMP dan sedang fokus menghadapi ujian nasional.

    Kevin merupakan anak yang pintar dan mampu menyelesaikan masalah dengan cepat. Tidak heran dia selalu mendapat ranking 1 di kelas. Dia juga mempunyai teman sebangku yang sangat baik namanya Udin. Udin memang tidak sepintar Kevin tetapi dia merupakan anak yang sangat bertanggung jawab dan juga merupakan anak yang paling berisik di kelas.
    Tiba-tiba bel pun berbunyi itu berarti menandakan siswa-siswi di sekolah untuk pulang ke rumahnya masing-masing (bukan pulang ke kandangnya masing-masing, hehe).
    Kevin dan Udin selalu pulang ke rumah bersama-sama karena rumah mereka berdekatan. Sewaktu berjalan untuk pulang, tiba-tiba saja mereka dicegat oleh seorang preman yang lumayan besar badannya. Preman itu lalu meminta uang kepada Kevin dan Udin yang sedang asyik ngobrol tentang ujian nasional. Preman itu lalu berkata “Woi mana duit lu atau gua bunuh lu (sambil menunjukkan pisau yang baru ia keluarkan)”.
    “Emang siapa lu seenaknya minta duit ke kita, kalo berani jangan pake pisau, dasar banci” ujar Udin.
    “Mending kita kabur daripada kita cari masalah sama orang ini” bisik Kevin kepada Udin.
    Preman itu lalu memasukkan pisaunya kembali ke dalam kantong celananya dan berkata “Untuk lawan dua bocah kayak kalian cukup pake satu tangan”.
    Udin langsung melempar batu yang ada di dekatnya dan ternyata batu itu tepat mengenai kepala si preman tersebut sehingga kepalanya bocor.
    Preman tersebut yang sedang terluka langsung ditonjok oleh Udin sehingga preman itu pun pingsan.
    “Hebat kamu din, belajar darimana cara nonjok kayak gitu”. “Nanti gua ajarin vin soalnya gua biasa latihan karate setiap minggu jadi bisa kayak gitu”.
    Mereka pun pulang sambil bercerita satu sama lain. Sementara itu preman yang tadi pingsan dilihat oleh temannya. Preman itu pun mengatakan kepada temannya bahwa dia diserang oleh dua anak SMP. Lalu teman si preman itu langsung memanggil anak buahnya dan langsung menyuruh anak buahnya supaya besok untuk menangkap dua anak SMP yang telah menyerang temannya.
    Keesokan harinya seperti biasa Kevin dan Udin pergi ke sekolah untuk belajar intensif menghadapi ujian nasional. Tidak terasa waktu begitu cepat berlalu, jam pelajaran pun telah selesai. Kevin dan Udin lalu pulang bersama-sama seperti biasa. “Din kita sebaiknya jangan pulang melalui jalan yang sama, soalnya nanti preman kemarin datang lagi”.
    “Ya elah vin, lu masih aja takut sama preman, kalo ada preman lagi nanti gua yang hajar”.
    “Terserah apa kata kamulah din, pokoknya nanti kalo ada preman itu salah kamu”.
    Mereka pun tetap melalui jalan yang sama untuk pulang ke rumahnya masing-masing. Tiba-tiba mereka dicegat oleh sekumpulan preman yang telah menunggu mereka.
    Kevin dan Udin pun langsung kabur melarikan diri. Mereka lari sekencang-kencangnya seperti kijang yang dikejar singa.
    Mereka lalu mengumpat di sebuah warung. “Tuh kan bener din kataku pasti mereka ada lagi”.
    “Ya deh maaf vin, gua juga gak nyangka mereka ada lagi disitu”.
    Mereka lalu menelpon polisi supaya mereka tidak diganggu lagi oleh preman-preman tersebut. Polisi pun lalu langsung menangkap preman-preman tersebut sehingga Kevin dan Udin merasa senang.
    “Kalo besok-besok ada preman lagi nanti gua abisin tenang aja vin, soalnya nanti gua kalo udah besar mau jadi polisi”.
    “Baguslah din kalo kamu mau jadi polisi daripada jadi preman, betul kan din?”.
    “Betul vin oleh karena itu kita itu harus melindungi orang yang sedang dalam kesusahan, karena tujuan hidup itu adalah untuk menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain”.

  •  


    Di pagi yang cerah, terik matahari, kicauan burung dan pemandangan indah di sekitar menjadi pesona alam tersendiri yang sudah biasa terjadi. Salah satunya di Daerah Jakarta.

    Tidak heran bila Jakarta terkenal dengan sebutan “Kota Macet” salah satu anak pindahan dari Bandung itu pun merasakannya. Dia adalah salshabilla.
    “Kringg… Kringg” suara alarm berbunyi. Aku pun terbangun dari tidurku, dan langsung membuka jendela kamar sambil mengucapkan “Pagi yang cerah!” Aku pun segera mandi dan memakai seragam sekolah baruku. Tak lupa Aku memakai kacamata pemberian Papa, dan setelah Aku melihat ke arah jam “Apa? Ma, Aku harus pergi sekarang juga kalau tidak aku bisa terlambat”. Langsung meminum segelas susu dan masuk mobil pribadi bersama Sopir.
    Saat dalam perjalan Aku sudah membayangkan kemacetan yang sangat panjang, tapi untunglah gerbang sekolah masih terbuka. Dan saat itu Aku mulai berinteraksi dengan lingkungan sekitar namun, Aku merasa dijauhi oleh teman-teman baruku. Tapi Aku tidak peduli akan semua itu.
    Saat istirahat teman sekelasku Aline dan teman-temannya menyimpan lem perekat pada kursiku setelah bel pulang berbunyi dan berusaha berdiri terdengar suara “srrttt..” rokku tersobek. Lalu teman-teman menertawakanku. Aku merasa malu dan langsung berlari ke luar kelas.
    Begitu pun keesokan harinya, mereka selalu ingin membuatku malu mulai dari menumpahkan sisa makanan ke seragamku, menghalangi jalan sampai terjatuh, bahkan menginjak kaca mataku.
    Lama-kelamaan Aku merasa terpukul dengan kondisi yang terus menerus seperti ini. Sudah beberapa hari Aku murung di kamar, Mama pun khawatir dengan keadaanku. Namun Aku masih belum mau berbicara apa yang sebenarnya terjadi pada Mama karena Aku tahu betapa susahnya menyekolahkan Aku dengan keadaan ekonomi yang kurang mendukung dan menjadi Ibu sekaligus Ayah setelah Papa meninggalkan kami untuk selama-lamanya.
    Saat upacara bendera pada amanat kepala sekolah menjelaskan bahwa “Hari sabtu mendatang akan diadakan Olimpiade Matematika tingkat provinsi dan pemenang akan mendapatkan beasiswa selama 3 tahun”. Aku pun segera mendaftarkan diri pada Ibu guru dan selama beberapa hari diseleksi, tidak lama Ibu guru memberitahu bahwa Aku adalah salah satu siswa yang akan mengikuti Olimpiade tersebut.
    Tiba di Tempat perlombaan aku melihat Aline tampak hadir di Tempat perlombaan. Aku pun langsung tergugah dan memotivasi diriku untuk memenangkan perlombaan tersebut. “Aku pasti bisa!” dalam hati.
    Setelah selesai peserta diperbolehkan istirahat, dari kejauhan Aku melihat mobil hampir menabrak Aline “Awas Aline!” Aku segera menyelamatkannya namun Aku yang menjadi korban kecelakaan dan Aku langsung dilarikan ke Rumah Sakit terdekat.
    Saat Aku berusaha membuka mata, Aku melihat banyak orang di sekelilingku termasuk Aline. Dia berterima kasih dan meminta maaf padaku “Sal, terimakasih kamu sudah menyelamatkan aku. Dan.. Maaf selama ini aku selalu mencari masalah” Aku hanya memberikan senyuman dan tangis haru. Kemudian Ibu guru menghampiri dan memberikan ucapan “Salsha, Ibu turut bangga kepada kamu! selamat kamu menjadi juara umum Olimpiade Matematika” Aku pun langsung memeluk semua orang yang ada di Ruangan itu.

  •  


    Pagi cerah yang ditemani oleh pelangi yang indah, soalnya shubuh tadi hujan jadi ada pelangi deh hehe.. gadis yang berumur 15 tahun ini baru selesai sarapan pagi, pagi ini gadis yang bernama novia candrani akan bersekolah dengan nuansa yang berbeda. Ya, karena hari ini dia akan bersekolah di new school-nya. Ia melihat ke arah cermin, ia betulkan kerudung paris yang ia pakai, yaa.. tadinya ia bersekolah di MTs (madrasah tsanawiyah), ia pindah karena abinya pindah tugas dari bandung ke Jakarta. Kata abinya, di Jakarta sangat sulit mencari MTs jadi ia harus bersekolah di sekolah yang umum. Di sekolahnya yang sekarang, tadinya gadis yang akrab dipanggil via ini tidak diperbolehkan memakai kerudung, karena seragam yang disediakan adalah seragam pendek, guru-gurunya pun jarang yang memakai kerudung, paling-paling guru agama islam. Tapi, abinya berhasil membujuk kepala sekolah dan bersedia menjahit sendiri seragamnya, hanya minta bahannya saja dari sekolah, tentu harganya lebih mahal, karena bahan yang dihabiskan lebih banyak. Okey, back to the story!

    Via berangkat sekolah dengan abinya menggunakan mobil dinas abinya, sebelum itu, ia berpamit serta mencium tangan dulu pada uminya. Setelah sampai, ia diantar abinya untuk bertemu dengan walikelasnya yang baru. Setelah bertemu.. walikelasnya mengantarkan Via ke kelasnya yang baru, sedangkan abinya langsung pamitan berangkat kerja.
    Ketika Via dan walikelas nya yang bernama pak Uus memasuki kelas, semua siswa ataupun siswi memasang wajah cengo secengo-cengonya. Entah kenapa, mungkin kaget melihat penampilan Via, karena di sekolah ini yang berhijab hanya Via. Pak Uus mempersilahkan Via untuk duduk di samping siswi yang ternyata namanya Charon. Namanya sih kaya orang barat, tapi mayoritas di sekolah ini muslim kok. Charon itu anaknya cantik sekali, rambutnya yang terurai panjang dihiasi oleh pita hijau, karena katanya dia suka warna hijau. Via bersyukur karena bisa duduk dengan orang sebaik Charon.
    Ketika jam istirahat, Charon mengajak Via berkeliling sekolah, Via menyetujui itu dengan hati yang sangat bahagia. Charon menyebutkan nama ruangan yang mereka lewati, sampai akhirnya berhenti di sebuah ruangan yang isinya rak-rak yang dipenuhi buku-buku. Yaps! Perpustakaan. Charon mengajak Via masuk ke ruang itu, lalu duduk di bangku perpus paling pojok.
    “biasanya, kalau istirahat aku disini” ujar gadis pita hijau yang bola matanya pun berwarna hijau, eits tanpa soft-lens loh. Wajar saja kalau tempat nongkrongnya di perpus, kan Charon itu juara kelas. Via menjawabnya hanya dengan manggut-manggut.
    Ting! ting! ting! bell masuk telah berdering, Via dan Charon melangkah menuju kelas. Di koridor sekolah, terlihat tiga perempuan yang sedang berjalan ala-ala orang paling cakep di dunia, haha… Mereka memakai bando, gelang, kalung, dan kaus kaki berwarna merah muda, tapi yang bahasa kerennya pink, eh itu kan bukan bahasa keren, tapi bahasa Inggris! ya kan? hehe… Sekeliling orang yang berada di dekat tiga perempuan itu terlihat tegang, kaku, takut.
    “Charon, itu kenapa? Kok anak-anak pada kaya takut sih sama cewek-cewek itu?” tanya Via penasaran.
    “Itu The Pinky’s Vi, yang ketuanya namanya Jessica. Dia anak pemilik yayasan sekolah ini. Makanya anak-anak takut, soalnya kalau ada yang macam-macam sama dia, dia bakalan laporin ke papihnya” jelas Charon.
    Tak disangka The Pinky’s telah ada di hadapannya.
    “Eh, kalian ngomongin kita ya?” hentak Jessica.
    Via dan Charon yang terkejut pun gelagapan, apalagi Via, dia kan anak baru, dia enggak mau punya urusan sama anak pemilik yayasan sekolah, bisa-bisa berabe.
    “Eng-enggak ko jess, kita gak ngomongin kamu, ki-kita lagi ngomongin pelajaran ipa tadi kok” Charon menjelaskan dengan sedikit berbohong
    “Mmm… kamu siapa? Kok tampilannya aneh gitu sih? Anak baru?” tanya Jessica dengan laga sok keren.
    “iya, aku Via” Via mengulurkan tangannya, namun Jessica tak menerima tangannya, akhirnya Via menurunkan kembali tangannya.
    “Eh, Charon! Kamu kasih tahu tuh ke temen baru kamu yang gayanya kaya ibu-ibu pengajian, kalau aku itu siapa disini,” ujarnya sombong.
    “I-iya Jess, sorry. Ki-kita mau ke kelas, t-takut ketinggalan pelajaran.”
    Via dan Charon langsung ngacir.. hosh! hosh! untung belum ada guru yang masuk kelas. Via dan Charon mengatur nafas yang ngosh-ngoshan karena lari tadi.
    Malam harinya, Via sedang makan malam bersama abi dan uminya. Via menyantap ayam bakar kesukaannya itu, apalagi ada sambelnya. Wih. Suka lupa doa makan kalau gitu, alhasil abinya suka kultum sebelum makan. Haha!
    “Gimana hari pertama sekolahnya?” tanya umi sambil membereskan piring-piring yang kotor.
    “Alhamdulillah umi, aku seneng dapat teman baru, apalagi temanku sebaik Charon,”
    “Siapa itu Charon?” tanya abi sambil melahap pudding coklat yang masih terisi penuh.
    “sahabat baru aku, baik deh, nanti kapan-kapan aku ajak dia main ke sini”
    Keesokan harinya, Via menolak untuk diantarkan oleh abinya, ia lebih memilih untuk jalan kaki ke sekolah, karena jarak nya tidak terlalu jauh, itung-itung sambil olah raga.
    Via melihat Charon yang sedang duduk di bangku dengan berurai air mata? Kenapa? Pagi-pagi ngejreng gini sudah menangis.. Via langsung menghampiri Charon dengan tampang panik tingkat dewa 19, lah? Grup band dong, akikik.
    “Charon,” Via memberi tissue yang selalu ia bawa, “Kamu kenapa?”
    “Hks, hks. Bu-buku tugas ku.. hks, buku tugas ku di robek oleh The Pinky’s. hks” Charon menangis sambil mengumpulkan robekan-robekan buku tugasnya.
    “Emang kamu salah apa charon?”
    “Aku gak ngasih jawaban tugas ku sama dia,hks”
    “Ini keterlaluan, gak bisa dibiarkan”
    Tanpa ba-bi-bu-be-bo, Via keluar kelas dengan kepalan kedua tangannya, mukanya memerah, ia memang tidak senang jika ada orang yang bertindak semena-mena. Via menghampiri The Pinky’s yang sedang cengangas-cengenges di bangku panjang koridor sekolah. Kemarahannya tak bisa tertahankan, ia meluapkan semuanya pada The Pinky’s.
    “Jessica!”
    “Ow, ow, ow. Ada apa ini?”
    “Kamu gak usah sok gak tahu. Kamu ngapain robek buku tugasnya Charon?”
    “Kamu berani ngelawan aku?”
    “Buat apa aku takut sama orang sombongnya selangit kayak kamu?”
    Jessica mengepal kedua tangannya, amarah nya naik seketika, ia menarik Via ke ruang pemilik yayasan, skak! Harus apa Via? Bagaimana kalau dia di out dari sekolah, aduh! Kenapa tadi dia nekat sih.. hu! Tenang..tenang..
    “Papi,”
    Bapak Robert, mengadahakan kepalanya. “Ada apa sayang?”
    “Liat nih! Cewek ini berani banget bentak-bentak aku, pokoknya aku mau dia di out!”
    “Via?” bapak Robert memang sudah mengenal Via waktu pendaftaran ke sekolah.
    “Papi kenal?”
    “Ya, dia anak baik. Kamu yang memang bertindak semena-mena, papi juga tau dari anak-anak. Via, saya minta tolong sama kamu.. rubah Jessica supaya menjadi anak baik, jangan takut, kalau dia melawan, lakukan apa saja yang kamu inginkan”
    “Papi?!”
    “Baik pak Robert.”
    Via kembali ke kelas, ternyata tidak seburuk yang ia kira. Malah jauh dari pemikirannya. Terlihat di kelas Charon yang super panik bukan tingkat dewa 19 lagi. Tapi udah tingkat NOAH! Akikikik.
    Charon mengeluarkan botol tuppie-nya, ia menteguk air yang ia bawa dari rumah. Kebanyakan siswa/I disini membawa botol tuppie, karena lebih steril kalau bawa air dari rumah, Via juga bawa.
    “Kamu dari mana sih Vi, kamu gak ngelakuin hal yang enggak-enggak kan?”
    “Aku habis labrak Jessica dan cs nya,”
    “APA?!!!”
    “Tenang aja, aku gak apa-apa, malah pak Robert nyuruh aku buat rubah Jessica supaya lebih baik”
    “Kamu serius?”
    Via angguk-anggukan, disusul dengan cekikikan. Haha
    Hari demi hari telah berlalu, sudah 1 bulan Via menjadi siswi di sekolah ini, ia juga berhasil merubah setengah kejelekan dari Jessica, hanya sifat gengsi nya saja belum hilang, susah banget..
    Yang tadinya Jessica and cs suka bolos pelajaran dan nongkrong di kantin, sekarang jadi enggak lagi, terus yang gak pernah ngerjain tugas rumah jadi lebih rajin ngerjain, yang biasanya seenaknya usir-usir anak-anak sekarang lebih bisa menghargai satu sama lain.. pokoknya masih banyak lagi deh perubahannya.
    “Jessica, nova, uti. Belajar bareng yuk di rumahku? Sama Charon juga” ajak Via dengan bersemangat. Ketiga perempuan itu terus-terusan gelagapan a-i-u-e-o. sebenarnya mereka mau menerima ajakan itu, tapi syaiton gengsi masih melekat di hati mereka. Astagfirullah.. “Pokoknya aku tunggu ya di rumah, nih alamatnya” Via memberi sesobek kertas ke tangan Jessica.. lalu pergi sambil tersenyum.
    Di siang hari yang cerah seperti wajah Via sehari-hari.
    Via dan Charon sedang asik belajar di rumah Via dengan di temani lawakan-lawakan kecil dari abi dan uminya Via. Charon memang sudah sangat dekat dengan keluaga Via. Begitupun sebaliknya! Dan yang paling cetar membahana badai, Charon sudah berkerudung seperti Via. Charon bilang pakai jilbab itu menambah kecantikan, haha memang benar!
    Tingnong.. tingnong..
    Bell rumah Via berbunyi, siapa yang datang? Via dan Charon membuka pintu, yaps! Seperti yang mereka kira, yang datang adalah Jessica, Nova, dan Uti. Mereka sudah tidak mau lagi di panggil The Pinky’s. karena Via pernah bilang kepada mereka kalau berteman tidak usah memakai nama genk gitu, soalnya kebanyakan yang pakai genk, persahabatannya tidak bertahan lama.. gitu katanya.. entah benar atau tidak hehe.
    “Kalian jadi datang?” Charon memulai pembicaraan, ketiga insan itu senyum-senyum sendiri.
    “Ayo masuk” Via mempersilahkan masuk.
    Mereka kembali ke ruang tamu, masih ada umi dan abi disana, dan yang membuat news headline adalah mereka bertiga mencium tangan orangtua Via. Via dan Charon sempat bengong sekejap. Namun disusul dengan senyuman yang merangkai indah bibir mereka.
    “Halo, kita belum kenalan ya?” ledek abinya Via
    “Aku Jessica om,”
    “Aku Nova om,”
    “Aku Uti om,”
    “Panggil abi aja ya, lebih akrab!”
    “Baik abi”
    Mereka berbincang-bincang dengan penuh tawa, haha hihi tiap detik! Abinya via memang pandai melawak. Tiba-tiba Jessica bicara serius.
    “Abi, jess boleh tanya nggak?”
    “Boleh cantik, nanya apa?”
    “Kenapa sih umi, Via, Charon pada pakai jilbab?”
    “Hmm, kamu muslim?”
    “Walaupun namaku nama orang barat, tapi aku islam bi..”
    “Bagi wanita muslim, memakai jilbab itu hukumnya wajib.. karena seluruh tubu
    hanya adalah aurat kecuali telapak tangan dan wajah,”
    “Oh gitu, jadi aku, Nova, dan Uti juga harus pakai jilbab?”
    “Harusnya sih gitu, tapi harus ada niat dulu dari hati kamu..”
    “Oo”
    Keesokan harinya, mengejutkan! Tebak siapa yang datang ke kelas Via dan Charon? Yes! That’s right, itu Jessica Nova dan Uti. Tapi enggak kayak yang kemarin-kemarin, hari ini mereka dengan new style. Seperti Via dan Charon mereka berkerudung, menutup aurat, dah mengucapkan salam. Waw banget gak? Biasa aja yah, hehe… sekarang mereka enggak punya sifat gengsi lagi, pak Robert juga berterimakasih banyak sama Via. Karena Via anaknya menjadi seperti ini. Mereka berlima jadi sering main bersama.. mainnya sambil belajar tentang agama, soalnya mereka belum banyak tahu tentang islam.




  • Sewaktu SD aku dan temanku selalu bersam tertawa bersama. Kita bermain bersam kita berbagi suka duka bersama. SD ku tempat aku bergembira sahabatku alasan aku bahagia, sahabatku orang yang bisa membuat senyuman di saat aku menangis, sahabatku selalu membuat aku percaya diri. Sahabatku orang yang mau bercerita denganku sahabatku alasan aku menangis ketika perpisahan sekolah walau aku mencoba bertahan tetap saja airmata membasahi pipiku.

    Seiring berjalannya waktu aku menjadi anak SMP aku menemukan sahabat baru yang baik. Aku dan sahabatku berpisah karena di SD ku hanya aku yang masuk SMP itu. Seiring berjalannya waktu aku merindukan sahabat SD ku. Aku mencoba mengirim pesan dengannya tapi dia tidak membalasnya. Aku berkata mengapa bisa dia melupakannya aku selalu mengingat kejadian saat SD dengannya, bahkan aku mengingat kejadian yang biasa saja. Aku mengingat sewaktu sahabatku bercerita kepadaku cerita yang luar biasa tentang perasaannya.
    Sahabatku tak mengingatku sama sekali mungkin karena dia kini memiliki sahabat baru. Aku tetap menyayangi sahabatku. Walau kini sahabatku itu telah melupakanku aku tetap tidak akan melupakannya. Aku berharap kini kita akan seperti dulu. Sahabatku aku berharap kau membaca ini agar kau tau aku tak akan melupakan itu. Bukan hanya 1 sahabatku yang melakukuan ini ada banyak sahabatku yang menjauh tak ingat aku. Bukan aku berlebihan.




  • Namaku adalah Tiara McRainne, aku mempunyai sahabat bernama Mutia. Mutia adalah anak yang pintar, dan berani. Arti hidup yang sebenarnya aku jalani ketika aku mulai bersahabat dengan Mutia. Aku dan Mutia mempunyai kalung hati yang menandakan persahabatan kami. Di kalung tersebut, tertulis kata “MUTIARA FOREVER”. Mutiara adalah gabungan dari nama kami, yaitu Mutia dan Tiara. Persahabatan kami selalu diganggu oleh “Two Angels”.

    Ya, mereka adalah Jessica dan Claura, 2 orang perempuan yang bersahabat. Mereka memang lebih kaya, lebih putih, kulitnya pun lebih mulus dariku. Tapi, itu semua tak sebanding dengan sifat mereka yang terlalu sombong dengan apa yang telah mereka miliki. Mereka selalu menganggapku itu sebagai sampah yang tak pernah berguna. Hanya aku yang selalu dihina oleh Jessica dan Claura, karena aku adalah orang miskin.
    Berbeda dengan Mutia yang mama dan papanya memiliki perusahaan yang terkenal. Tapi, Mutia sangat baik, dia selalu membelaku habis-habisan. Suatu hari, saat aku dan Mutia sedang bersekolah. Jessica dan Claura datang kepadaku. Memang, saat itu sedang istirahat, siswa diperbolehkan bermain, makan, membaca buku dan lainnya.
    “Tiara! Kamu jangan dekat-dekat Mutia lagi tau! Mutia itu kaya, cantik, kulitnya mulus, lah… kamu? Kamu itu miskin! Udah deh… jauhin aja tuh Mutia! Kalau enggak, kamu pasti akan tau akibatnya dari kami!” kata Jessica mengancamku. Aku hanya menundukkan kepala. Tetapi, berbeda dengan Mutia, Mutia tidak terima aku dikatakan seperti itu langsung membela dengan berani.
    “Kalian! Jangan sekali-kali mengancam dan mengejek Tiara seperti itu! Dia adalah manusia yang cantik dari luar maupun dalam! Daripada kalian, hatinya busuk!” kata Mutia membelaku. “Udah deh Mutia, kamu itu pantasnya jadi teman kami, bukan jadi teman dia!” kata Claura sambil menunjuk aku dengan ketus. “STOP! Sana pergi!” kata Mutia yang sudah tidak tahan lagi dengan “Two Angels”.
    Jessica dan Claura pun pergi dengan marah. “Kamu tak apa kan Tiara? Maafkan mereka ya, kalau mereka selalu menghinamu,” kata Mutia ramah. “Aku tidak apa-apa Mutia” jawabku. Aku dan Mutia kembali ke kelas. Hari mulai siang, saatnya untuk pulang. Mutia sudah pulang oleh sopirnya. Aku mengayuh sepedaku dengan gontai. Di tengah perjalanan, terlihat mobil sebuah mobil menghampiri sepedaku. Mobil itu melaju kencang dan menyenggol sepedaku hingga terjatuh.
    Kaki dan tanganku berdarah. Pintu mobil itu pun terbuka, keluarlah 2 anak perempuan yang sepertinya tidak asing lagi di mataku. Mereka adalah Jessica dan Claura! “Hei, anak kampung, jika kamu tidak menjauhi Mutia kamu akan mendapat balasan dari kami. Inilah salah satu balasan dari kami! Kalau masih saja kamu bersama Mutia, kami akan menghukummu lebih dari ini. Kalau perlu, kami akan menghukum Mutia juga! Tapi untuk Mutia akan lebih kejam! Kami tidak main-main!” ancam Jessica dilanjutkan oleh anggukan kepala Claura.
    “Tapi…” kata-kataku terputus. “Tidak usah tapi-tapian! Kami tidak mau tau, kamu harus menjauhi Mutia!” ucap Claura ketus. Jessica dan Claura pun kembali masuk ke mobilnya dan pergi. Aku bangun, dan kembali mengayuh sepedaku menuju ke rumah. Aku langsung masuk ke kamarku sambil menangis. Maafkan aku Mutia, aku terpaksa harus menjauhimu supaya kamu tetap aman…, kataku dalam hati sambil menangis.
    Ah… hari ini memang hari yang menyedihkan bagiku, Mutia yang selalu membelaku sekarang harus kujauhi? Aku tidak rela, tapi… ini demi Mutia! Aku tak mau Mutia dihukum oleh Jessica dan Claura! Keesokan hari yang mendung… “Tiara, sekarang kan istirahat kita ke perpustakaan yuk!” ajak Mutia. Aku hanya bisa pergi meninggalkan Mutia, karena sedari tadi aku dan Mutia diawasi oleh Two Angels. Aku berlari ke taman belakang sekolah sambil terus menitikkan air mata.
    Aku menangis di bawah pohon rindang. “Maafkan aku Mutia…,” tangisku.
    “Tiara! Kenapa kamu pergi dari aku? Maafkan aku kalau aku bersalah padamu,” kata Mutia yang ternyata sedari tadi mengikutiku. Aku kembali berlari… langit yang sedari tadi mendung, mulai menurunkan hujannya yang dingin… Di tengah hujan, aku berlari menghindar dari Mutia… Mutia pun terus mengejarku…
    Di tengah hujan kami berlari saling mengejar. Hujan turun, makin deras. Namun, tiba-tiba… Mutia terjatuh dan mulutnya mengeluarkan darah. Tak lama ia tergeletak di tanah. Aku yang melihat kejadian itu langsung berlari ke arah Mutia. “Mutia, kamu kenapa?” kataku khawatir. “Maafkan aku Tiara… Aku telah lama punya penyakit yang tak ada obatnya… Jika aku terkena hujan sambil aku berlari… Kondisiku akan melemah…,” cerita Mutia.
    “Maafkan aku juga Mutia telah menjauhi kamu…,” kataku. “Iya, gak apa-apa… Selamat tinggal Tiara… Semoga persahabatan kita selalu ada selamanya… Jaga dirimu baik-baik, Aku akan selalu ada di dalam hatimu Tiara… Terimakasih atas segalanya,” kata Mutia. “Jangan ngomong seperti itu, kamu pasti akan selalu ada bersamaku disini, di dunia ini!” kataku. “Tidak Tiara, waktunya sudah tiba… Selamat tinggal sahabatku…,” kata Mutia seraya memejamkan matanya.
    “Tidak… tidak kita akan selalu disini di dunia ini Mutia…,” kataku. Mutia tak bergeming. “Mut.. Mut… MUTIA!!” teriakku. Hujan membasahi tubuhku dan Mutia yang telah tiada. Air mata berlinang tanpa henti. Semua murid dan para guru berdukacita atas kepergian Mutia.
    Selamat tinggal sahabatku, engkau akan selalu ada dalam hatiku. Aku yakin, kamu akan selalu ada untukku disini, di sampingku. Selamat tinggal, semoga engkau senang ada disana…

  •  


    19 tahun silam lahirlah bayi perempuan yang memiliki berat 3,5 kg, seluruh keluarga sorak sorai bergembira menyambutnya, karena bayi mungil ini lahir pada malam hari, maka ia diberi nama Laily yang diambil dari bahasa arab “Lail” yang artinya malam, serangkaian upacara adat jawa pun dilakukan untuk penyambutan Laily.

    Waktu bergulir begitu cepat seiring bergantinya malam dan siang tak terasa Laily sudah berusia 4 tahun, dia tumbuh layaknya anak-anak seusianya, ia gemar menari, bernyanyi, dan bermain-main. Lagu-lagu yang sering ia nyanyikan adalah balonku, si lumba-lumba, bintang kecil, dan masih banyak lagi lagu anak-anak yang lainnya. Orangtua Laily pun bangga dengan kemampuan Laily yang tumbuh menjadi anak yang pandai, berbagai prestasi telah diraih anak 4 tahun itu, diantaranya juara 3 lomba nyanyi anak, juara 2 lomba mewarnai, dan juara 1 lomba modeling, trophy-trophy kejuaraan dipampang di ruang tamu rumahnya. Anak berbakat ini sungguh membanggakan kedua orangtuanya.
    Hari ini merupakan hari dimana waktunya Laily untuk masuk di taman kanak-kanak, ia diantar ibunya mendaftar di sebuah sekolah TK dekat dengan rumahnya, dengan senang hati, dengan bibir mungil yang selalu tersenyum, ia pun berjalan sambil menggandeng tangan ibunya pergi ke sekolah tersebut. Disana ia bertemu dengan teman-teman sebayanya, ia bermain-main bersenang-senang, kehidupan taman kanak-kanak yang tak ada duanya, tak ada beban, selalu ceria, belum mengerti akan masalah yang membelit dunia yang begitu rumit, yang ada hanyalah kebahagiaan. Itulah yang dirasakan Laily saat itu.
    Sepulang dari taman kanak-kanak, nasib naas dialami oleh bocah cantik itu, ketika sedang asyik berjalan ada motor yang melaju kencang dari arah yang berlawanan kehilangan kendali sehingga menabrak keduanya, usut punya usut remaja cantik yang mengendarai motor itu sedang mabuk. Kecelakaan tersebut mengakibatkan sang ibu meninggal dunia, dan Laily mengalami patah tulang pada kaki kanannya. Dengan cekatan Laily pun langsung dilarikan ke rumah sakit Bhayangkara di daerahnya, sementara itu sang ibu dimakamkan di pemakaman keluarga tak jauh dari rumahnya.
    Malam hari nya di rumah Laily ramai dipenuhi para tetangga dan sanak keluarga yang sedang berkabung, sementara itu Laily terbaring lemah di ranjang rumah sakit ditemani sang ayah. Sadar dari tidur yang panjang, Laily pun membuka matanya perlahan dan berkata “Ibu…” dengan bibir bergetar dan dengan suara yang sangat pelan, sang ayah tersenyum menahan sesak dalam hatinya, “ayah, kenapa kaki kanan ku nggak bisa digerakkan” kata Laily. Dengan lembut ayahnya membelai kepala Laily smbil berkata “Nanti kakimu bisa digerakkan lagi kok, sabar ya”. Laily pun menganggukkan kepalanya.
    Beberapa menit kemudian dokter yang merawat Laily pun datang bersama tiga orang perawat.
    “Dokter, kenapa kaki Laily nggak bisa digerakkan” tanyanya lirih
    “oh, iya sebentar ya, biar dokter periksa” jawab dokter dengan ramah
    Setelah diperiksa, dokter pun menghampiri ayah Laily dan berkata dengan lirih
    “Pak, untuk mengetahui apa yang terjadi dengan kaki Laily, kita perlu melakukan rontgen”
    “Oh, iya dok, lakukan saja yang terbaik untuk anak saya” kata ayah Laily
    Keesokan harinya kaki kanan Laily dirontgen, dan ternyata mengalami keretakan pada tulang nya, sehingga kaki laily pun digips untuk beberapa minggu kedepan, setelah di gips, Laily pun diizinkan pulang, ia dijemput oleh seluruh anggota keluarganya.
    “Ibu…” teriaknya sambil menangis
    Sang ayah pun langsung memeluknya, dan air mata anggota keluarga yang ada disitu pun pecah, Laily terus menjerit memanggil sang ibu yang telah dimakamkan beberapa hari yang lalu.
    “Laily, ayok kita beli es krim di depan situ, enaak banget rasanya” bujuk bu Rina yang merupakan tante dari Laily. Laily pun menganggukkan kepala.
    Hal tersebut berlangsung setiap kali Laily menanyakan keberadaan ibunya, hingga akhirnya ia lupa dengan sendirinya. setelah gipsnya dibuka Laily pun dapat berjalan kembali dan menikmati masa anak-anak yang sempat hilang.
    Empat puluh hari setelah kepergian sang bunda, Laily ditinggal oleh sang ayah, yang meninggal dunia karena kecelakaan, anak kecil itu kini telah ditinggalkan oleh kedua orangtua nya. Isak tangis sanak saudara menyelimuti gubuk sederhana yang di dalamnya terdapat seorang anak yang menjerit menangisi kepergian orang yang sangat dicintainya, kini anak kecil itu telah sendiri, seorang paruh baya menghampirinya
    “Laily tinggal sama tante ya” katanya dengan suara halus
    Laily menggelengkan kepalanya dan menjawab “Laily mau tinggal sama ayah”
    Wanita paruh baya itu pun menangis dan memeluk Laily dengan erat. Jenazah sang ayah pun mulai diberangkatkan, Laily menangis sambil memanggil sang ayah, tak satu pun orang yang tega melihat gadis manis itu meronta. Di pangkuan sang tante Laily terus menangis hingga akhirnya tertidur. Sejak saat itu Laily dirawat oleh bu Rina. Sejak saat itu bakat-bakatnya tak pernah tersalurkan kembali, perhatian dari sang tante pun kurang karena bu Rina memiliki tiga anak yang membutuhkan juga kasih sayang, di rumah itu Laily merasa terasingkan, dari kecil ia diajarkan untuk menjadi anak yang rajin, yang harus bangun sebelum matahari menghangatkan bumi, ia harus membersihkan rumah sebelum berangkat sekolah, terkadang perlakuan yang kejam pun dialami oleh Laily, dimarahi, dituduh mencuri, selalu disalahkan. Kehidupan yang menguras air mata itu terjadi hingga saat ini. Hanya do’a dan air mata yang dapat menguatkannya. Kepada siapa lagi ia mengadukan semua itu kalau bukan pada Tuhannya? Bukankah anak yatim piatu harusnya disayangi?, Entahlah, entah sampai kapan kepedihan itu akan berakhir.

  •  


    Namaku Nigita Amelsa, panggil aku Gita. Aku mempunyai kakak bernama Synta Agta, panggilannya Agta. Nama bundaku Dinda Syafniah, biasa dipanggil Dinda, sedang papaku alm. Harisy Futur, dipanggil alm. Harisy.

    Sejak kepergian papaku, aku sering melamun, sudah 3 kali aku ditegur oleh guru karena melamun. Ya… Aku tidak bisa menerima kepergian papaku.
    Pagi ini adalah minggu ke tiga liburan sekolah. Aku hanya mengurung diri di kamar sambil memandangi foto papa. Tahun lalu, papa berjanji akan mengajakku dan kakakku serta bundaku untuk bermain di New York jika aku dan kakakku bisa masuk 5 besar dengan nilai bagus. Namun apa? Beberapa minggu yang lalu, suatu kejadian yang tak pernah ku bayangkan terjadi, papaku meninggalkan keluargaku.
    “Gita… Kakak pergi dulu, ingat, jaga rumah ya…” Kata kakakku.
    “Kakak mau kemana sih?” Tanyaku
    “Kakak mau ke rumah teman, ada tugas kuliah, dah…”. Kata Kak Agta.
    “Kak, bunda mana?” Tanyaku
    “Lagi dalam kamar.” Kata Kak Agta setengah teriak.
    Aku hanya ber-ooo saja. Tiba-tiba..
    “GITAAA… Cepat cuci baju sana!” Kata bunda mengagetkanku.
    “Bun, aku belum makan!” Ujarku karena bersamaan dengan itu perutku keroncongan.
    “Heh, kamu tuh ya.. MANJA!! Bunda gak suka kamu MANJA! Pokoknya kamu gak boleh makan sebelum cuci baju, cuci piring, nyapu rumah, ngepel, dan lap kaca dan barang-barang yang ada di gudang!” Kata bunda melotot.
    “Bunda berubah!” Ujarku menangis.
    “CEPAATTT!!!” Teriak bunda.
    Akhirnya aku melaksanakan semuanya dan ternyata, azan zuhur berkumandang, ya ampun. Aku melalukan seluruhnya dari jam 09.00 sampai pukul 12.30. Sekarang, ku ambil air wudhu dan ku kenakan mukenaku lalu selesai shalat aku makan. Dan langsung masuk ke kamar dan tidur.
    Byur.. Sebuah air membangunkan aku. Saat aku membuka mata, bundaku dengan mata melotot menatapku.
    “Siapa yang suruh kamu tidur hah?” Marah bunda.
    “Bunda.. Aku capek, baru aja 30 menit yang lalu aku tidur, eh.. Udah dibangunin, ada apa sih bunda?” Tanyaku.
    “KAMU YANG MAKAN AYAM PANGGANG KAK AGTA KAN? IYA KAN? JAWAB!! DASAR!! KAK AGTA BENTAR LAGI PULANG! DIA CAPE BELAJAR, SEDANGKAN KAMU? MALAH ASYIK MANDANGIN FOTO PAPAH, PAPAH TU UDAH MENINGGAL!! JADI KAMU JANGAN KECEWAIN BUNDA!!” Omel bunda dengan suara yang besar.
    “Bunda.. Bunda gak sayang apa sama papa? Aku sedih papa pergi, aku hanya ingin bunda kasih waktu ke aku biar aku bisa merajut sebuah kesuksesan!!” Kataku.
    “O, kamu sedih ya? HOI… AKU PUNYA SEORANG PENGGANTI PAPAH MU ITU!! DIA LEBIH KAYA DARI PAPAHMU ITU, DIa BISA BUAT GEDUNG BERTINGKAT 10, SEDANG PAPAHMU ITU, CUMA BISA BUAT RUMAH BERTINGKAT 2.” Kata bunda.
    “Bunda, Bunda tu harusnya SADAR DIRI! Aku tau nama papa baru aku nanti adalah Om Andri kan? Bunda jangan khianatin papah, bunda pokoknya gak boleh satu rumah dan satu keluarga dengan Om Andri. Dia itu sahabat papah. Dia itu orang yang gak baik! Paham BUNDA?” Kataku, entahlah mengapa kata-kata itu terucap dari mulutku. Sebuah tamparan keras dari tangan bundaku terhinggap di pipiku. Lalu ada sebuah teriakan dari Kak Agta.
    “BUNDAAA, JANGAN TAMPAR GITA!! BUNDA JAHAT, BUNDA BERUBAH, BUNDA MENJADI KASAR SAMA GITA, PADAHAL GITA GAK ADA SALAH SAMA BUNDA! GITA GAK MINTA APAPUN DARI BUNDA! AKU TAU KEKEJAMAN BUNDA SEJAK AKU PERGI TADI! BUNDA MELAKUKAN SESUKA HATI BUNDA SEMENJAK PAPAH PERGI! IYA KAN?” Ujar Kak Agta dengan isak tangisnya. Aku berlari ke dalam pelukan Kak Agta. Yup, perlakuan bunda memang sudah beberapa kali sejak papa pergi. Sejak papa pergi, bunda lebih sayang dengan Kak Agta karena Kak Agta lebih cantik dan lebih mandiri dari pada aku.
    Aku dan kakakku pergi dari rumah, namun karena aku menangis, saat menyebrang aku meninggalkan kakakku di seberang jalan sana, ya.. aku menutup wajahku dengan kedua tanganku, kakakku berusaha memeganggku, tapi aku bersikeras untuk melepaskan genggamannya. Saat aku menyebrang kakakku menyusulku, namun nasi telah menjadi bubur, tertabrak sebuah mobil dengan kecepatan tinggi. Aku terpental ke arah bahu jalan dan aku jalan dan aku mengeluarkan banyak darah. Sedang kakakku selamat.
    Aku dilarikan ke sebuah rumah sakit terdekat. Saat aku bangun, isak tangis orang yang ku sayangi pun terdengar pilu. Aku pun menjatuhkan kertas yang ku remas ke bunda dan kakak, dan sebuah pesan kecil yaitu, “jangan pernah berubah lagi bunda..” Isi kertas itu ialah..
    To: Bunda (Dinda Syafniah)
    Bun… Aku ingin bunda gak berubah. Bunda… Jika nanti bunda akan memiliki keluarga baru, kuharap bunda tak melupakan aku, kakak dan papa. Bunda.. Jika nanti bunda punya keluarga baru, jangan menjadikan kakak sebagai pembantu. Cukup aku saja yang menderita sakit hati ini. Bunda… Maaf jika aku sering salah sama bunda. Maaf jika aku merepotkan bunda. Ku harap bunda memaafkanku. Dan ku harap bunda ingat, Jangan Pernah Berubah lagi bunda…
    By: Gita (anak bunda)
    Sedang untuk kakak..
    To: Kakakku tercinta, (Synta Agta)
    Kak… Saat kakak membaca surat ini, ku yakin aku gak ada lagi. Kak, terima kasih atas sayang kakak padaku, kak, jika aku aku pernah salah, aku minta maaf. Kak, jangan pernah terlalu bersedih atas kepergian aku dan papa. Kakak harus menyiapkan tugas kuliah, dan kakak harus bisa membanggakan bunda. Kak, kakak harus bisa menggapai cita-cita kakak sebagai dosen dan dokter. Kak, aku harap kakak bisa memaafkan kesalahanku pada kakak.
    By : Gita (adik kakak).
    Setelah aku mengucapkan pesan kecil itu, aku mengucapkan dua kaliamat syahadat lalu aku pergi menyusul papa di sana.

  •  


    Namaku AZILA MARCELLA di lumajang. Aku terlahir di keluarga kaya raya dan dipandang terkenal karena nenekku punya gudang beras. Setiap minggunya banyak orang miskin yang ngantri di rumah. Aku memang dari kecil terbilang manja. Jika temanku punya sesuatu yang menurutku menarik untuk dibeli, aku langsung meminta kepada ayah. Ayahku seorang arsitek, setiap bulannya ayah selalu meninggalkan aku, ibu, nenek, kakek. Di siang hari sampai malam hari sepi. Karena semuanya sibuk mencari tumpukan harta. Ayahku seorang arsitek, nenek dan kakek seorang buruh pabrik bihun terkenal di lumajang. Hanya ibu yang menemaniku, tapi banyak mainan dan hewan piaraan yang membanjiri rumahku. Diantaranya, ular, penyu, kelinci, ikan, kucing. Bisa dikatakan aku kelebihan harta tetapi kekurangan harta. Tapi aku bersyukur dengan apa yang aku miliki.

    Temanku hanya kakak sheyla aja saudara sekaligus temanku. Dan teman masa kecilku yaitu Ghiyats hardi pratama. Ayahku sangat menyayangiku apalagi ibuku. Tak pernah aku pikirkan apa yang akan terjadi jika besar nanti. Yuk ikut cerita selanjutnya…
    Aku lahir 3 juni 1998, di kediaman rumah ayahku… Aku terlahir saat ayahku bekerja meninggalkan aku dan ibu. Ayah sedang bekerja di malang tempatnya di kota Batu. Saat itu seisi rumah panik… Pada saat itu ayah melakukan perjalanan pulang ke lumajang. Setelah ayah tiba di rumah, ayah langsung menyuruh paman mengeluarkan mobil dari garasi. Lalu langsung menuju bidan “RUCHANA” bidan terkenal di lumajang.
    Dulu aku muda terkena penyakit, sampai-sampai aku berkali-kali dibawa ke paranormal. Beribu cara ibu lakukan agar aku sembuh. Terakhir kali saat aku berumur 3 tahun ibu membawa aku ke walisongo, dan tiba-tiba ada seorang kakek tua bertanya kepada ayahku “sinten namine putra panjenengan?” lalu ibuku yang menjawab “AZILA MARCELLA AL GHAZALI” lalu kakek itu menjawab “pantas anak ibu kurus dan kelihatan tidak sehat itu namanya kabotan jeneng pak!” setelah datang dari walisongo, langsung nenekku mengadakan acara slametan penggantian nama. Menjadi “AZILA MARCELLA” langsung badanku yang awalnya kurus berubah menjadi sa’bagong. Bersyukurnya aku pada waktu itu.
    Setelah aku berumur 4 tahun eyang putriku jatuh sakit, tak lama kemudian meninggal dunia. Eyang meninggal dengan meninggalkan harta yang begitu melimpah diantaranya, sawah yang terbentang di kota malang, kebun apel yang berhektar-hektar, sebuah rumah yang megah, tiga mobil antik. Lengkaplah hidupku dengan apa yang aku miliki sekarang tapi duka masih membendung di hati. Aku tidak pernah sombong dengan apa yang aku miliki, malahan aku bersyukur dengan apa yang aku miliki.
    Sejak aku umur 2 tahun, aku tidak lagi tinggal bersama nenek dan kakek lagi soalnya nenek punya 3 rumah yang tidak ada yang nempati jadi aku, ibu dan ayah yang nempati.
    Ayahku selalu meninggalkan aku satu bulan sekali, ada suatu kejadian pada malam hari saat ayah mau berangkat ke kota Jakarta untuk membangun sebuah hotel jam 9 malam pada saat itu juga hujan deras beserta sambaran petir mengguyur lumajang. Aku yang tidur bersama ibu merasa tidak nyenyak dikarenakan keadaan yang menakutkan itu. Ayah sedang mempersiapkan barang-barang yang dibutuhkan nanti di Jakarta, yang aku tahu ayah berangkat besok pagi. Tapi tiba-tiba terdengar suara pintu perlahan-perlahan di buka. Aku langsung terbangun dan menuju pintu tersebut tapi ternyata ayah sudah berada di luar rumah. Tak peduli hujan aku langsung mengejar ayah, ibu yang berteriak-teriak memanggil namaku terdengar begitu keras di telinga tapi aku tak menghiraukannya. Ayah yang mengetahuinya langsung turun dari mobil dan memelukku sambil berkata, “ayah mau bekerja nak, kalau ayah tidak bekerja nanti mega mau makan apa?”. Aku langsung menjawab, “lalu buat apa beras satu kamar di rumahnya nenek?”. Tiba-tiba ibu muncul sambil membawa payung dan langsung menggendongku. Aku yang digendong dalam keadaan basah kuyup tetap menangis sambil memanggil-manggil ayah tetapi ayah tetap berangkat sambil berkata, “ayah mau bekerja nak nanti tak bawakan boneka Barbie yang cantik sepertimu”.
    Sesampai di rumah aku langsung mandi pake air hangat, setelah itu tidur pake jaket sambil dipeluk ibu. Kehangatan kurasakan tetapi bukan karena jaket yang sangat tebal tapi karena pelukan yang tulus dari ibu.
    Keesokan harinya, aku ditelpon ayah sekitar pukul 11 siang katanya ayah, ayah sudah sampai di Jakarta tepatnya di Jakarta pusat. Aku senang sekali, mendengarnya. Dan ayah mulai bekerja 2 hari lagi dan diperkirakan ayah di Jakarta selama 3 minggu, sesampai disana ayah langsung belanja mainan dan baju untukku. Aneh-aneh aja ayah belum bekerja sudah belanja dulu.
    Saat ayah tidak ada, aku dan ibu sendirian tidak ada yang menemani mungkin pekerjaan hanya ibu bersihkan rumah sehingga aku sering ditinggal. Ghiyats teman kecil laki-lakiku selalu setia bermain bersamaku. Mungkin karena aku perempuan dan dia laki-laki jadi mainnya sebatas sama hewan piaraan. Aku dan ghiyats tidak pernah bertengkar karena ghiyats sifatnya seperti perempuan tapi jantan juga. Ibunya ghiyats selalu memanggil aku dikala ghiyats kesepian, aku tidak pernah bosan bermain bersamanya karena setiap bermain dengannya dia selalu memberikan hal yang baru…
    Suatu hari di pagi hari, ku jalan-jalan dengannya di GELORA LUMAJANG saat menelusuri lapangan sepak bola di tepi lapangan ada bunga panjang berwarna kuning agak kehijauan lalu ghiyats memetik bunga tersebut kemudian dirangkai menjadi sebuah mahkota lalu ghiyats memakaikan ke kepalaku. Waaaaduuuhhh… So sweet daaaa… padahal aku dan dia pada saat itu masih berumur 5 tahun dia sudah bisa romantis, bagaimana besarnya nanti yaaa…
    Aku dan yayang [panggilan khususku buat dia] memiliki nasib yang sama, yaitu sama-sama ditinggal ayah. Tapi kalau aku ditinggal ayah kerja tapi kalau dia ditinggal ayahnya karena ayahnya mencuri sepeda motor milik istrinya sendiri, sungguh malang nasib sahabatku yang tersayang ini. Tapi sering sekali kalau habis kerja ayah membelikan baju dan mainan untukku dan untuk yayang karena katanya ayahku yayang juga butuh perhatian dan kasih sayang dari seorang ayah.
    3 minggu kemudian…
    Saat pukul 9 siang ayah telpon aku katanya sudah sampai di lumajang, begitu senangnya hatiku. Mungkin saat itu juga aku bertanya-tanya apa benar ayah akan membawakan oleh-oleh untukku? Pukul 10 siang ayah mengetuk pintu dan aku pun langsung membuka pintu dan memeluk ayah. Ayah membawa oleh-oleh yang sangat banyak di antaranya: boneka Barbie yang sangat cantik, baju teletubies yaitu po sama dipsy beserta bonekanya dan makanan yang enak-enak. Lalu aku suruh panggil yayang katanya ayah boneka dipsy dan bajunya itu untuk yayang, mungkin yayang senang dengan pemberian ayahku. Setelah aku memanggil yayang aku kasihkan baju dan bonekanya dan yayang mengajak aku jalan-jalan ke alun-alun bersama ibunya nanti sore dengan memakai baju teletubies.
    Sore harinya, aku jalan-jalan bersama yayang dan ibunya. Saat di alun-alun aku dan yayang bermain bagaikan teletubies di televisi itu. Sekitar pukul 4 sore aku dan yayang pulang ke rumah. Sesampai di rumah aku di suruh makan sama ibu, soalnya ibu masak enak untuk ayah tetapi ayah sedang istirahat total jadi nggak bisa di ganggu karena ayah kecapekan habis perjalanan dari Jakarta.
    Keesokan harinya sekitar pukul 6 pagi, ibu membangunkan aku katanya sudah waktunya aku daftar sekolah TK. Aku sangat senang sekali karena aku ingin sekali sekolah bersama yayang, tetapi aku tidak boleh sekolah bareng yayang karena yayang sekolah di swasta, ayah dan ibu ingin sekali menyekolahkan aku di TK favorit tepatnya di TK KARTIKA JAYA V 70 sekolah yang seragamnya seperti tentara mumpung ayah ada rezeki. Sesampai di sana ku melihat calon tk-ku dengan terkagum-kagum karena bangunannya begitu besar dan banyak tentara-tentara keluyuran, masa sekolah gurunya seorang tentara? Nggak mungkin kan…
    Di hari pertamaku sekolah TK ku sangat senang sekali karena ku jadi banyak temannya, soalnya sejak ku lahir hanya yayanglah temanku. Tapi kebanyakan di TK temanku kaya-kaya dan sombong-sombong mungkin menurutku yang sederhana hanya aku saja. Aku punya teman kenalan yang menurutku menarik karena dia kaya tapi sayang dia punya kekurangan yang membuat teman-temannya mengejeknya yaitu dia kaya tapi sayang dia punya kelainan gusinya tu hitam seperti kulitnya. Meskipun gitu tapi orangnya sangat pintar dan baik, aku salut sama dia.
    Aku sangat sedih apabila aku dan dia diejek, dia diejek si gusi hitam kalau aku diejek si sipit tapi aku sangat sedih. ibuku selalu berkata walau mataku sipit tapi mataku bening dan jika aku menangis karena ejekan, ibuku selalu berkata kamu adalah BIDADARI BERMATA BENING.
  • Ada seorang gadis yang bernama Tanita, cukup dipanggil Nita. Ia mempunyai 1 adik laki-laki yang bernama Tino. Mereka hidup bersama Neneknya selama ini. Nita yang masih duduk di bangku kelas 6 SD, sering menanyakan tentang keberadaan orangtuanya kepada Nenek, tetapi Nenek bilang bahwa orangtuanya masih bekerja di luar kota.
    Pada suatu hari, Nita terbangun dari tidurnya. Tepatnya jam 6 pagi. Ia segera bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Sampai di sekolah ia menemui sahabatnya sedang duduk di depan kelas. “Kayra, kamu sedang apa di sini?” tanya Nita pada sahabatnya, “ahhh… Nita, ngagetin aja kamu!” jawab Kayra dengan kaget. Mereka pun berbincang-bincang sampai bel masuk berbunyi
    Setelah pulang dari sekolah, Nita mengganti bajunya dan menuju ruang tamu. “Nenek, aku ingin menanyakan sesuatu Nek. Tolong jawab dengan jujur ya nek.” pinta Nita, “apa yang mau kamu tanyakan Nita?” tanya Nenek heran, “jadi begini, orangtuaku apa benar masih bekerja di luar kota Nek? aku sangat merindukan mereka.” “hhhhmmm.. jadi begini Nita, sejak kamu masih berumur 4 tahun, terjadi kecelakaan. Kecelakaan itu merenggut nyawa Ayah dan Ibumu. Saat itu Tino berumur 2 tahun, tetapi Tino tidak ikut. Pada saat Ayahmu menyetir, kamu minta untuk dibelikan boneka, kamu begitu cerewet saat itu. Ayahmu pun tidak bisa mengendalikan stir mobilnya, dan akhirnya Ayahmu menabrak sebuah pohon besar. Di sanalah kecelakaan terjadi, Ayah dan Ibumu terlihat memelukmu dengan erat. Tapi sayang, nyawa orangtuamu tidak bisa diselamatkan.” jawab Nenek, Nita hanya bisa meneteskan air matanya, Nita kira orangtuanya masih bekerja di luar kota, tapi dugaannya salah, orangtuanya sudah meninggal sejak ia berumur 4 tahun. Nita pun menangis sambil memeluk Nenek.
    “Ayah, Ibu aku sangat merindukan kalian. Sungguh aku tidak mengetahui hal itu, karena sejak itu aku masih kecil. Maafkan aku Ayah, Ibu. Aku janji akan menjadi anak yang baik.” bisik Nita dalam hati.
    Sejak mendengar penjelasan dari Nenek, Nita sadar, bahwa dirinya lah yang membuat orangtuanya telah tiada. Ia sungguh menyesal dengan perbuatannya selama ini. Padahal Nita ingin sekali bertemu dengan orangtuanya.




  • Ini bercerita tentang sebuah 1 keluarga yang sangat bahagia dan lengkap. Dan ada 1 anak kecil yang biasa mereka panggil dengan sebutan “CING” (nama sayang yang diberikan ibu dan ayahnya), Cing tumbuh di rumah kakek dan neneknya yang dari kecil dia di urus oleh kakek, nenek dan adik mamanya yang bernama “Ipong” kakeknya waktu itu masih Anggota DPR Kotamobagu Sulawesi Utara dan memulai pencalonan kembali.
    Waktu dia masih kelas 2 SD dia mengalami Broken Home akibat orangtuanya cerai, dia waktu itu belum mengerti apa-apa dan akhirnya dia diurus oleh kakek dan neneknya, dan yang paling dekat dengannya yang selalu ada untuknya yaitu Ipong (adik mamanya).

    Sesampai ujian akhir sekolah SD dia masuk di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Tahun 2010. Disaat itu Om yang paling dekat dengannya jatuh sakit hingga menjadi lumpuh dan neneknya kena stroke, sebelum neneknya pergi ke Manado untuk pemeriksaan dan pengobatan kami masih berkumpul di ruang keluarga dan bercanda tersenyum bersama. Pada malam Neneknya pergi ke Manado untuk pemeriksaan yang lebih lanjut neneknya pergi ke kamar omnya untuk pamitan mereka berdua berpelukan sambil menangis, setelah neneknya pergi jam 12.00 tengah malam omnya mengalami gangguan pernafasan dan dilarikan ke rumah sakit semua orang pergi terkecuali Cing bersama kakaknya yang bernama Nenen, mereka berdua tidur di kamar kakaknya, 04.00 subuh tiba-tiba terdengar suara orang panggil-panggil nama kakaknya dan ternyata itu tantenya.
    “nen… nenen… buka pintunya. Ipong sudah meninggal dunia”.
    Cing dan nenen langsung terbangun dan membuka pintunya dan banyak orang berkumpul di rumahnya tiba-tiba Ambulan datang dan cing langsung menangis histeris. Mamanya Cing yang PNS di Bolmut langsung datang ke Kotamobagu, tapi neneknya tidak tahu kalu anaknya yang hanya 1 laki-laki itu sudah meninggal.
    Cing masih syok dan terdiam dia tak mengatakan sepatah apapun. neneknya sudah dijemput oleh sudara-sudara dari manado dan datang bersama neneknya, setelah itu neneknya melihat tahlillan di rumahnya dan semua memakai baju putih dan pingsan dengan memanggil nama “Ipong”.
    Sehabis perkuburan keluarga Cing masih terselinap duka yang amat dalam dan belum bisa melupakan Alm. Ipong.
    Minggu-minggu telah berlalu Keluarga cing belum kehabisan Musibah setelah omnya cing meninggal kemudian menyusul dengan tidak terpilihnya lagi kakek cing untuk menjadi Anggota DPRD Kotamobagu.
    Tahun-tahun berlalu semuanya berubah Mamanya Cing bertengkar dengan kakeknya, kemudian mamanya pergi dari rumah untuk memiliki kehidupan baru bersama suaminya, kakeknya pergi ke Bolmut tempat kelahirannnya dan tidak pernah pulang dan di rumah tersisa hanyalah Cing, kakaknya dan neneknya.
    Mereka hidup dengan gaji pensiun kakeknya dan gaji dari mamanya, mamanya hanya sering datang ke rumah dan tidak pernah ada waktu untuk anak-anaknya termasuk cing, kakeknya hanya datang untuk mengambil gaji pensiun kemudian balik lagi ke tempatnya.
    Kehidupan Cing dan nenen yang sejak kecil selalu dimanjakan oleh kakeknya sekarang semuanya berubah.
    Setelah Cing kelas 3 SMP dan memasuki SMA dia pergi mendaftar di sekolah atas paksaan mamanya yang hanya ingin dia bersekolah di SMK yang jurusannya sangat dia benci, dan mamanya masukkan dia di asrama yang dia sekolahkan itu, 3 bulan selama di asrama dia sangat cemburu dengan teman sekamarnya yang juga teman yang paling dekat dengannya yang bernama Indah dan Tiwy yang kedua orangtuanya selalu menjenguk indah dan tiwy itu, sedangkan mamanya Cing 1 bulan hanya 4 kali itu pun untuk mengasih uang saku atau menjemputnya ketika neneknya kangen kepadanya.
    5 bulan telah berlalu waktu itu sekolah telah libur karena perpisahan tahun sehabis perpisahan tahun Neneknya Cing menarik untuk kembali ke rumahnya karena Cing selalu sakit-sakit dan sering menangis di tempat tidurnya sendiri.
    1 Tahun telah berlalu Cing naik kelas 2 SMK pada saat itu kakeknya cing pulang ke rumah tapi suasana menjadi beda karena tidak pernah ada sapaan antara kakek dan nenek cing karena urusan keluarga yang tidak boleh dibilang.
    Setelah itu tingkah laku kakeknya cing sudah aneh dia meminta maaf atas kesalahannya kepada neneknya cing, dan tiba-tiba kakeknya cing jatuh sakit kata dokter puskesmas kakeknya mengidap penyakit Hepatitis B setelah selalu minum obat tapi sakitnya tak pernah sembuh hingga akhirnya mamanya cing datang dan mereka berdua telah berbaikan, mamanya cing bawa kakeknya pergi ke menado untuk pemeriksaan lebih lanjut ternyata sepulang dari Manado mamanya langsung bilang kalau kakek telah terserang penyakit kanker hati Stadium Akhir dan hanya akan bertahan selama 4 bulan setelah itu keluarganya cing mengurus kakeknya hingga akhir hanyatnya setelah habis hari raya pas tahun 2013 lalu.
    Setelah itu semuanya sudah merasa ada yang berbeda di rumah, biasanya ada yang ditakuti di rumah yaitu kakeknya sekarang sudah tidak lagi. Semuanya telah berubah, belum lama lagi setelah kakeknya cing meninggal keluarganya juga tertimpa musibah mamanya cing diduga kasus Tipikor (Tindak Pidana Korupsi) padahal keluarganya sisa bergantung kepada gaji pensiun kakeknya yang sekarang sudah tidak seberapa dan gaji mamanya.
    Dan saat itu Cing sedang di rumahnya Putri Beta kakak yang beda angkatannya itu dan Nia Modeong yang seangkatannya yang selalu bersama dia dan selalu ada untuk cing di susah maupun duka, mereka berdua selalu menjadi penyemangat Cing dan tidak pernah meninggalkan cing susah maupun senang dan tiada hari tanpa mereka berdua, setelah sedang berbincang bunyi telfon basuk di hpnya cing, dan ternyata itu mamanya cing.
    “Hallo? kenapa ma?”
    “Ini paman cing, bisa ke rumah mama sebentar ada yang penting paman mau bilang”.
    “oh iya, cing segera kesana”.
    Sesampainya di rumah mamanya, cing melihat koper yang berisi baju mamanya, dan juga cing melihat ke kamar, dapur dan lantai atas tidak ada mamanya, cing berfikir mungkin mamanya sedang pergi sidang.
    Setelah itu kakaknya cing tiba dengan heran kenapa semua hening dan kemudian pamannya cing angkat bicara.
    “Begini paman mau ngasih kumpul disini pada kalian berdua agar kalian berdua dengar, mama kalian sudah ditahan dan langsung jaksa bawa ke menado”.
    Mendengar itu cing langsung menangis panggil-panggil mamanya. Uang sekolah cing sudah papanya yang tanggung dan kakaknya uang gaji pensiun dari kakeknya.
    Setelah menjenguk mamanya di menado mama hanya mengatakan “Sabar, Mungkin Tuhan memberikan kita musibah, tapi suatu saat nanti akan datangnya kebahagiaan menimpah keluarga kita”.
    Setelah itu Cing dan keluarganya menjalani kehidupan yang penuh dengan kesabaran akibat tertimpa musibah yang tidak ada hentinya ini, untung kerabat, sudara dan sahabat-sahabat cing memberikan suport untuk keluarganya dan menjalani kehidupan dengan lapang dada.

  • Sudah hampir satu bulan bayu tidak mengabarinya dan hadphonenya pun tidak bisa dihubungi. Ada kekhawatiran yang sangat dalam.. Aisha benar-benar bingung dengan sikap bayu, sebelumnya dia tidak pernaah bersikap seperti ini. 3 tahun mereka berpacaran bayu selalu perhatian dengan aisha. Kemanapun bayu berada pasti mengabari aisha, tapi tidak untuk akhir-akhir ini. Prasangka mulai menggelayuti hati aisha, “mungkin bayu punya pacar lagi”. Tetapi prasangka ini buru-buru ditepisnya. Bayu tak mungkin seperti itu, dia adalah lelaki yang setia. Tetapi dimana dia berada sekarang, aku benar-benar merindukannya (hati kecilnya bicara).
    Dua bulan lamanya, aisha melalui hari-harinya tanpa bayu. Perasaan rindu yang semakin hari semakin bertambah. Tetapi dia tidak tahu harus berbuat apa, hanya untaian-untaian doa yang selalu dipanjatkannya dalam setiap sholatnya.
    Rintik-rintik hujan yang bersenandung malam ini, semakin menmbuat pilu hati aisha teringat akan sang kekasih yang sampai saat ini tidak ada kabar. Tak terasa butir-butir bening jatuh di pipinya. Aisha benar-benar tak sanggup lagi menahan kesedihan yang sudah dua bulan dia pendam. Aisha larut dalam kesedihannya malam itu, dia menangis di atas sajadah mengadu kapada sang pencipta tentang apa yang dirasakannnya saat ini.
    Pagi-pagi sekali hp aisha berdering. Pesan masuk dari bayu. Seperti di tetes embun di pagi hari, hati yang sebelumnya kering menjadi basah. Aisha langsung membuka pesan.
    Assalamu’alaikum aisha?. Kabar kamu gimana? Maaf ya udah dua bulan ini mas nggak ngasi kabar. Besok kita ketemuan di tempat biasa ba’da ashar, ada hal yang sangat penting yang harus kita bicarakan
    Sender: bayu
    +6281122xxx
    Wa’alaikumsalam.. Kabar aisha sangat sangat tidak baik. Mas jahat, tega membuat aisha seperti ini, aisha benar benar marah. Mas selama ini kemana sih? Aisha khawatir, aisha kangen banget sama mas
    Recepient: bayu
    +6281122xx
    Maaf ya, tapi mas nggak bisa jelasin sekarang kita bicarakan besok saja. Udah dulu mas lagi ada urusan jadi nggak bisa lama-lama sms-an nya. Assalamu’alaikum.. :)
    Sender: bayu
    +6281122xxx
    Membaca pesan bayu yang sangat singkat ini membuat aisha kesal. Sudah dua bulan nggak ngasi kabar, hanya ini yang dia sampaikan. Benar-benar keterlaluan. Ini bukan bayu yang dia kenal, dengan sikap bayu seperti ini membuat aisha semakin yakin ada yang disembunyikan bayu darinya.
    Keesokan hari, ba’da ashar di sebuah taman bayu dan aisha ketemuan. Ternyata bayu sudah sampai duluan di taman sambil memainkan gitar kesayangannya. Aisha menuju ke arah bayu, dia tidak langsung menyapa tetapi dia berdiri mematung di samping sang kekasih sambil menatap wajahnya.
    “aisha.. Maaf mas tidak tahu kamu sudah datang” bayu baru tersadar dengan kedatangan aisha.
    Aisha hanya tersenyum sinis mendengar perkataan bayu.
    “mari duduk”
    Aisha duduk tanpa mengeluarkan suara sedikitpun. Padahal dia ingin sekali mengatakan bahwa dirinya sangat merindukan bayu. Tetapi karena kesal dia mengurungkan niatnya itu. Bayu hapal betul dengan sikap aisha yang diam seperti ini aisha benar-benar marah kepadanya.
    “aisha.. Kabarnya gimana? Baik-baik saja kan?”
    Aisha tidak menanggapi pertanyaan bayu, dia hanya diam.
    “aisha.. Maafkan mas, udah buat kamu marah, kecewa dan khawatir dengan sikap mas akhir-akhir ini. Tetapi semua perubahan mas saat ini bukan tanpa alasan. Makannya hari ini mas ngajakin kamu ketemuan untuk menjelaskan semuanya” bayu mencoba memberikan penjelasan kepada aisha.
    “mas jahat!! Udah tega nyakitin aisha seperti ini. Mas tahu nggak aisha khawatir banget sama mas” aisha berbicara dengan nada yang meninggi.
    Tangis aisha meledak. Bayu benar-benar tidak sanggup melihat wanita yang dia cintai menagis seperti ini. Tetapi dia harus mengatakan semuanya, walaupun semua ini tak mudah baginya dan aisha.
    “aisha berikan mas kesempatan untuk bicara, kamu jangan marah seperti ini. Kita bicarakan dengan kepala dingin ya. Ini demi kebaikan masa depan kita berdua.
    “apa maksud mas demi kebaikan kita berdua, ini mungkin demi kebaikan mas bayu aja. Jujur sama aisha mas bayu udah punya wanita lain kan selain aisha”.
    “astaghfirullah.. Kenapa kamu berpikiran seperti itu, demi allah tidak ada wanita lain di hati mas selain kamu. Mas sangat mencintaimu, oleh sebab itu mas memutuskan untuk mengakhiri hubungan kita ini aisha”.
    “sudah semakin jelas, mas bayu sudah tidak mencintai aisha lagi dan sekarang mas ingin mengakhiri hubungan kita yang sudah terjalin 3 tahun demi wanita lain kan?” aisha menangis.
    Aisha benar-benar tidak sanggup menahan kesedihannya dengan ucapan bayu. Hatinya seperti tertusuk-tusuk sembilu. Sakit sekali.
    Walaupun berat untuk melanjutkan pembicaraan ini tetapi bayu mencoba bersikap kuat dan tegar.
    “kamu sadar nggak sih aisha, hubungan yang kita jalani selama ini diharamkan oleh agama kita.
    “sudah lah mas.. Jangan jadikan agama sebagai suatu alasan” tangis aisha semakin menjadi.
    “aisha.. Tolong dengarkan mas bayu ya, mas nggak ingin kita berbuat dosa terlalu lama. Seberapa lama pun kita berpacaran tidak menjamin kita berjodoh, mas ingin memuliakanmu, menjaga kehormatanmu, tidak ingin menodai hati mu dengan kata-kata mesra yang selalu mas ucapkan setiap harinya. Mas sangat mencintaimu, mas sangat ingin menjadikan mu istri. Tetapi mas belum mampu untuk semua itu. Menjadi seorang suami, menjadi kepala rumah tangga di keluarga kecil kta nanti, mewujudkan sebuah keluarga yang sakinah mawaddah dan warahmah. Mas sekarang sedang belajar memantaskan diri untuk menjadi seorang suami yang baik. Ya, mas sekarang sedang belajar untuk semua itu, yang harus kamu tahu walaupun mas tidak menghubungi untuk memberikan kabar bukan berarti mas lupa tetapi mas bayu akan selalu mengingatmu dalam doa. Jodoh nggak kemana, tulang rusuk dan pemiliknya takkan tertukar kamu harus yakin itu”.
    Terasa sejuk di hatinya mendengar apa yang bayu ucapankan. Membuat dirinya terharu dan ada perasaan bersalah karena sudah berprasngka buruk dengan bayu.
    Aisha menyeka air mata, “maafkan aisha ya mas, sudah berpikiran yang tidak-tidak tentang mas. Makasih mas udah membuka mata hati aisha. Mas benar, aisha juga merasa aisha belum sanggup untuk mengarung bahtera rumah tangga. Aisha ingin menyelesaikan kuliah aisha dulu, membahagiakan ummi dan abi, dan satu lagi aisha ingin memperbaiki dan memantaskan diri dulu menjadi seseorang yang lebih baik” sambil tersenyum.
    Sore itu menjadi awal yang baru bagi kehidupan bayu dan aisha. Mereka mamutuskan untuk sendiri-sendiri memilih jalan cinta yang allah ridha.

  •  


    Di belahan dunia yang jauh disana, ada seorang gadis yang tengah asyik curhat sambil tidur-tiduran bersama sohibnya, Dia bercerita panjang lebar, (untung saja mulutnya gak jadi persegi panjang yah, hehe). “Sob, denger cerita gue gak sih?” tanya sang Gadis. “Mmm.. iyah denger dong.” Sambil membolak-balik sebuah buku. “Buku apaan sih?” tanya sang gadis yang jadi penasaran. Setelah ia lirik bukunya. “Oh… buku tentang hijab. Nanti gue pinjam yah, tapi tolong dengerin cerita gue dong.” gerutunya. “Iyah-iyah.. ada apa si dengan tuh cowok?” tanya sahabatnya sambil berbaring tidur di sampingnya. “Sob, gue naksir sama tuh cowok, dia temen kerja gue, dia itu baik hati, cakep, tinggi, putih, mancung and pakai kacamata, satu lagi yang paling mengagumkan bagi semua gadis di tempat kerja gue, dia itu sholeha, eh sholeh maksud gue, hehe. Terus-terus dia itu bla.. bla.. bla..” curhat sang Gadis.

    “Terus? Cowok itu tau gak perasaanmu?” kata sohibnya menanggapi.
    “Kayaknya sih enggak tuh… Hoooaaaammm.” sambil menguap, lima jarinya menutupi mulutnya yang seakan-akan mengunyah sesuatu. Mungkin itu efek curhat sambil tiduran.
    Tok.. tok.. tok..
    Tiba-tiba bunyi ketukan pintu terdengar. Gadis yang sedang jatuh cinta itu pun, sedari tadi menguap dan sudah merem melek, dan ingin rasanya melangkahkan kaki untuk membukakan pintu, namun malas bergelayutan dalam tubuhnya, berat sekali untuk melangkahkan kaki. Sejenak matanya susah untuk terbuka, namun terdengar lagi suara ketukan pintu itu.
    Tok.. tok.. tok..
    sang Gadis membukakan pintunya, alangkah terkejutnya, telah bediri lelaki itu di hadapannya.
    “Assalamu’alaikum.” sapanya
    “Wa…wa’alaikumsalam.” jawab sang Gadis sambil merapikan kerudung instannya.
    “Mmm… maaf, apa bapak ada di rumah?” tanya Pemuda itu.
    “Kok, Bap?” belum selesai menjawab dengan pertanyaan, gadis itu sadar bahwa yang ditanya bukan dia, maka segera dia menjawab, “Eh… iya.. iya.. Bapak ada kok, tunggu sebentar saya panggilkan.” padahal dalam hati ia mengerutu, kenapa bukan aku yang ia cari?
    Pemuda itu mengobrol empat mata dengan ayah sang Gadis di ruamg tamu. Sedangkan sang Gadis bersembunyi di balik batu, (eh salah) di balik pintu ruang dalam maksudnya, hehe berharap menangkap obrolan mereka berdua. Saat mereka berbincang dan terlihat akrab, sang gadis benar-benar penasaran, namun tak begitu jelas apa yang mereka bicarakan, sehingga membuat gadis itu merapatkan telinganya di dinding pintu, hasilnya nihil. Banyak angan yang berkelebat dalam otaknya. “Mungkinkah pemuda itu tahu perasaanku? Sehingga dia datang untuk melamarku? Oh No!!! secepat itukah? Eh, tapi nggak papa ding, harusnya aku berteriak Oh Yes!!!, hehehe.” Diapun tersenyum dengan dialog hatinya.
    Tiba-tiba ibunya muncul dari belakang.
    “Hayooo, Kok anak ibu senyum-senyum sendirian? Kau sudah tahu apa tujuan pemuda itu menemui ayahmu Nak?” tanya ibunya dengan wajah bahagia.
    “Tidak Bu, apa tujuannya Bu? Setahuku Ayah tidak kenal dengan pemuda itu?”
    “Kau salah Nak, pemuda itu adalah anak sahabat Ayah saat di kampung dia sengaja kemari untuk melamarmu, bukankah dia teman kerjamu yang kau cintai?” Jelas sang Ibu dengan penuh kelembutan.
    “Appaaahh? Ibu tahu dari mana?” sang Gadis pun terkejut.
    Ibunya hanya membalas dengan senyuman dan mengankat kedua bahunya. “Sudahlah tak usah kau fikirkan ibu tahu darimana, cepat ganti pakaianmu dengan gaun yang sudah ibu siapkan di kamar ibu.”
    Lagi-lagi gadis itu terkejut. “Apa Bu? Gaun? Kenapa nggak dari kemarin saja ibu cerita tentang ini? Jangan bilang kalau aku harus menemani Ayah untuk menemuinya, aku belum siap Bu, aku malu, malu Bu.” manja sang Gadis.
    Untung saja sang Gadis tidak mempunyai penyakit jantung, sehingga harus pingsan ketika mendengar kabar yang mengejutkan hehe.
    “Malu-malu tapi mau?” goda sang Ibu.
    “Ah.. Ibu.” manja sang Gadis sambil memeluk ibunya.
    Sang Gadis berdandan secantik mungkin, sedangkan Ibunya menyiapkan jamuan di ruang tamu. Tak lama kemudian, datang dua orang lagi ke rumahnya. Ternyata mereka adalah orangtua si Pemuda. Mereka datang terlambat karena ada urusan penting lainnya. Setelah menyambut kedatangan mereka, sang Ibu pun memanggil gadis cantiknya.
    Di kamar anaknya telah merias diri bagai ratu. Hari ini adalah hari terindah baginya. “Nak, mereka menunggumu, cepat sedikit yah.” Terdengar suara ibunya dari luar pintu.
    “Iya Bu, ini sudah selesai.” sahut sang Gadis sambil memutar-mutar tubuhnya di depan cermin.
    Gadis itu pun keluar dengan gaun pink yang cantik, ditambah dengan kerudung yang berwarna senada dengan gaun. Wajahnya terlihat lebih segar dibandingkan dengan sebelumnya.
    “Wah, cantik sekali anak ibu.” pujian Ibunya pun membuat dia lebih percaya diri.
    (Iya dong Bu, siapa dulu penulisnya? Loh? hehe #kidding)
    “Iya dong Bu, siapa dulu ibunya?” canda sang Gadis sambil berjalan menuju ruang tamu bersama ibunya.
    “Hemmm, ayo cepat, Calon mertuamu sudah menunggu.” suruh sang Ibu dengan nada halus.
    Langkah sang Gadis pun terhenti, padahal baru beberapa langkah dan hampir saja mereka mendekati pintu. “CAMER?” dag dig dug jantungnya berdetak tak karuan.
    “Iya nak.”
    “Tapi bukankah dia datang sendirian Bu?” tanya sang Gadis sambil mengatur nafasnya.
    “Tadi Ayah dan Ibunya datang terlambat karena ada acara penting lainnya.” jelas Ibunya dengan agak berbisik.
    “Tapi Bu, sebentar-sebentar, aku udah cantik belum? Apa ada yang kurang?” tanya sang Gadis yang begitu groginya.
    “Nak, keluarga mereka adalah keluarga muslim, mereka tak memandang seseorang dari kecantikan wajah namun dari kecantikan hati semata.” Jelas sang ibu dengan senyum keibuannya.
    Akhirnya dua keluarga pun bermusyawarah untuk mentukan tanggal pernikahannya. sang Gadis hanya menundukkan pandangannya. Dia tidak berani melihat wajah pangeran impiannya. Kedua orangtua mereka sama-sama mengerti bahwa anaknya saling mencintai dalam diamnya selama ini. Karena itu, mereka ingin menyucikan hubungan ini dengan sebuah pernikahan. Tanggal pernikahan telah disepakati, sambil berbincang-bincang mereka mencicipi jamuan dari tuan rumah. Sedangkan sang Gadis masih dalam pandangan mata kelantai dengan banyak tanda tanya yang berputar-putar diatas kepalanya. “Apakah ini semua benar?” tanya sang Gadis dalam hati
    Hanya tiga hari dari pertemuan dua keluarga, pernikahanpun berlangsung. Ijab kobul dilaksanakan di rumah mempelai putri. sang Pemuda itu telah duduk bersila di depan penghulu dengan jas dan peci hitam yang ia kenakan, serta kacamata minus yang menambah manis wajahnya, ia menanti kedatangan pengantin putri.
    Sedangkan sang Gadis masih tersenyum di depan cermin, melihat bayangan dirinya yang mengenakan gaun panjang menjuntai menempel lantai, namun tak mengurangi keanggunannya, dan kerudung biru muda yang senada dengan gaunnya. Tak lama ia bercermin, ia keluar dengan ibunya dan juga didampingi 2 sahabatnya dengan pakaian seragam batik. Karena gaunnya yang panjang, dengan sangat hati-hati ia melangkah. Hatinya terus berdoa demi kelancaran acara. Hampir mendekat pintu ruang Ijab kobul hatinya bedegub kencang melihat dekorasi ruang yang begitu indah. Kakinya tetap melangkah, terlihat pula para undangan yang menatap dengan mata bahagia, ia jadi tak fokus dalam doanya, hati benar-benar gerogi untuk acara penting ini, tangannya terasa dingin, namun ia tetap melangkah, sedikit ia alihkan pandangannya ke calon suaminya, dan untuk pertama kalinya mata mereka berpandangan. Hatinya berdesir, semakin berdegub saja jantungnya. kali ini dengan kaki yang agak gemetar sehingga tak sengaja gaunnya yang panjang terinjak oleh kakinya sendiri.
    Alhasil…
    “Gubraaakkk!!!” dia jatuh tersungkur.
    “Aduh…” Ia kesakitan sambil mengelus-elus jidat yang terlanjur mencium lantai, matanya pun merem melek.
    “Astaghfirullahaladziim… bangun Nak!”
    “Ibu…? Kok aku masih di kamar?” kaget sang Gadis.
    “Ibu? Biasanya juga panggilnya Mama? Lah? Terus Maunya dimana? Kamu kan dari tadi tidur, temenmu sampai pamit pulang sama mama 3 jam yang lalu. Katanya tak tega mau bangunin kamu. Ternyata benar, kamu nyenyak sekali tidurnya, sampai jatuh segala lagi.” Jelas sang Mama sambil senyam-senyum melihat tingkah anaknya.
    “Hah? 3 Jam? Bukan 3 hari Ma?” sambil garuk-garuk kepala.
    “3 Hari? Memangnya kamu pingsan apah? Kalaupun pingsan juga gak sampai 3 hari lah, sudah cepat sana mandi dan sholat ashar.” perintah mamanya.
    “Hehe iyah mamaku sayang,” sambil cengar-cengir.
    Gadis itu bangkit dari tempat jatuhnya, ia masih teringat jelas mimpinya, mimpi memakai gaun pengantin dengan kerudung biru mudanya. Bahkan hampir saja berdampingan dengan pangeran impiannya, sayangnya itu hanya dalam dunia mimpi. “Pantas saja aku mendadak alim? Pakai kerudung segala ternyata hanya di dunia mimpi.” Kata gadis itu sambil melangkah ke depan cermin, di depan cermin ia melihat wajahnya, belum sempat ia amati wajahnya lagi, ia melirik sebuah buku di depan meja riasnya. “La_Tahzan_for_Hijabers? Asma_Nadia, Helvy_Tiana_Rossa, dkk?” kemudian dia semakin lekat mengamati wajahnya, seakan melihat dirinya memakai kerudung biru muda itu. “Tapi, aku cantik juga pakai kerudung, terlihat lebih sopan dan anggun.” Ada yang aneh dalam kata-katanya. “AKU? Kok kata aku terdengar lebih enteng diucapkan? Padahal biasanya juga loe gue loe gue.” Ia terdiam dan tersenyum saat melihat lagi wajahnya, ia pandangi lekat-lekat semakin dekat ke cermin dan semakin dekat lagi bahkan hanya sejengkal jaraknya. Tiba-tiba, ia langsung keluar kamar sambil teriak. “Mamaaa, kita beli kerudung biru muda yuuukk…”

  •  


    Sejauh mata ini memandang tak ada sosok itu. Ku arahkan mataku ke penjuru sekolah aku tak melihatnya hingga ada seseorang memanggil namaku dari arah belakang

    “syifa” panggilnya teryata sosok yang ku cari sedari tadi telah ada di depanku
    “naufan” sahutku
    “syifa, ada yang ingin ku sampaikan” ucapnya
    “apa naufan?” tanyaku
    “aku harus pergi syifa, aku akan pindah ke jerman untuk gapai cita-citaku.” ucapnya
    Ketika itu pula buliran air mata telah membasai pipiku “naufan pergilah, kejarlah cita-citamu aku selalu mendukungmu” sebuah senyum terukir di bibirku dengan terpaksa
    “syifa hari ini aku akan berangkat, aku cinta kamu syifa, ini” ujarnya seraya memberikan sebuah bungkusan padaku “aku pergi dulu syifa tunggu aku 5 tahun lagi di tempat ini di tanggal dan bulan yang sama.” ucapnya seraya pergi.
    Aku masih memandangi kotak ituw kotak yang berisikan sebuah mushaf dan sebuah tasbih pemberiannya 5 tahun silam. Tepat 1 bulan sebelum dia kembali aku telah dilamar oleh seorang pemuda, kedua orangtuaku telah menerimanya. Butiran air mata terus membanjiri pipiku. Teringat tentang janji ku padanya tuk menunggunya. Entah bagimana caranya aku memberitahukan tentang acara pernikahanku.
    Masih ku pandangi mushaf dan tasbih itu ku baca sekali lagi surat darinya
    Kasih ku syifa
    Mungkin ini memang berat tapi aku harus pergi tuk gapai cita-citaku
    5 tahun memang bukan waktu yang sebentar
    Jika memang engkau masi sabar menunguku tunggu aku kelak di tempat tanggal dan bulan yang sama saat terahir kita bertemu
    Namun jika memang ada pemuda lain yang menghitbahmu sebelum aku datang jika kau ingin menerimanya trimalah aku akan bahagia melihatmu bahagia selamat tinggal kasih.
    Kulihat sekeliling tempat itu, masih sama saat terahir ku bertemu dengannya. Hari ini dia kembali saat aku harus bersama dengan orang lain.
    “syifa” pangil seseorang dari belakang ku. Aku pun menoleh ke arah suara yang sudah sangat ku kenal.
    “naufan” jawab ku
    “apa kabar syifa” tanyanya padaku.
    “aku baik-baik saja, naufan ada yang ingin ku sampaikan padamu. Naufan berat aku tuk sapaikan ini padamu tapi kau harus tau,” ku hirup nafas dalam-dalam. “fan, aku sampai sekarang masih mencintai mu, tapi mungkin allah tak ijnkan kita bersama, fan aku telah dijodohkan oleh kedua orangtuaku, ingin aku menolak tapi bukankah engkau berkata ridho orangtuaku ridhonya. Ini terakhir kalinya aku bertemu dengan mu sebagai seseorang yang mencintai mu” air mataku sudah membanjiri wajahku. Naufan mengulurkan sapu tanganya.
    “ambillah usap air matamu ini sudah jalanya, aku bahagia melihat mu bahagia, kau tak ingin mengundang ku” tanyanya
    “jika engkau ingin datang, esok acara pernikahan ku” ucap ku terbata bata.
    “aku akan datang” ucapnya. “pulanglah nanti orangtuamu mencari mu”
    Aku hanya mengangguk, aku pun pergi dari tempat itu. Ku tengok kembali naufan masi ada di situ dia terseyum kepadaku. Ku lanjutkan langkahku tuk kembali ke rumah.
    Ku lihat pantulan wajahku di cermin. Aku telah dirias oleh penata rias. Aku memakai kebaya berwarna unggu.
    “syifa calon suamimu telah sampai bersiap siaplah” kata ibuku.
    “iya bu” jawabku.
    Ku dengar dari dari dalam kamarku, ayah mengucap kan ijab qobul dan di jawab oleh seseorang, entah mengapa suara ini sangat familiar bagiku. Ku tepis pikiran itu mungkin ini hanya halusinasiku.
    “ayo syifa temui suamimu” ucap ibu “kok kamu sedih syifa ini hari pernikahan mu seyum yah” lanjut ibu.
    Aku pun keluar bersama ibu aku hanya menunduk. Aku tak sanggup memandang semua yang hadir dalam acara pernikahanku. Aku telah sampai di depan suamiku ku ambil tangannya dan ku cium tanpa melihat wajahnya tiba tiba dagu ku diagkat. Aku terkejut mata itu yang sanggup merobohkan pertahananku.
    “jangan menangis malu di lihat tamu” bisiknya. Aku masih belum mengerti tentang semua ini, aku terus menggenggam tangannya. Ku lihat dia dari kejahuan saat dia menemui teman teman nya, dia hanya terseyum, hingga semua tamu pulang, aku masih tak mengerti tentang semua ini. Hingga ku berada dalam kamarku yang telah dihias oleh perias suruhan ibu. Ketika ku telah selesai membersihkan make up, dia baru masuk kamar. Dia hanya terseyum melihat wajah bingung ku.
    “naufan apa maksud ini semua” tanya ku.
    “kok panggil naufan si, mas dong kan aku udah jadi suamimu syifaku” candanya
    Aku pun terseyum. “ya mas ok jelasin semua sama aku” tanyaku
    “begini dari dulu aku juga sudah melamarmu semenjak aku pergi engkau istriku telah ku pinang tapi aku dengan ibu dan bapak berencana tidak memberi tau mu sebelum 1 bulan setelah kembaliku dari mesir. Rencananya aku akan memberikan kejutan buat istriku ini. Bukankah ini hari ultahmu cintaku.” aku terdiam aku lupa jika hari ini bertambah usiaku.
    “ini” ucapnaya sambil meyerahkan sebuah kotak. Ku buka kotak itu yang isinya surat haji tahun ini.
    “apa ini mas?” itu surah haji tahun ini insyaallah tahun ini kita haji itu sebagai kado pernikahan kita dari ku untuk mu. Aku memeluk suamiku. Ku lihat raut terkejut di wajahnya “tak papa kan” candaku sambil terseyum.
    Mas naufan hanya terseyum dan memeluk ku lebih erat dibanding kan pelukanku tadi “aku bahagia istriku” bisiknya di telingaku “aku pun juga”
    “aku ingin minta sesuatu padamu istriku”
    “apa mas”
    “nanti anak kita 4 yah 3 laki laki 1 perempuan” jawabnya dengan terseyum. Aku hanya tertunduk malu.
    “aku mencintaimu mas ana uhubbu ilaikha ya habibi” kataku
    “aku pun juga aku mencintaimu karena cinta adalah perekat karena cinta adalah anugerah karena cinta tidak memiliki secara idividualis tapi cinta adalah suatu harmonisasi yang sanggup melampaui waktu dan massa” dikecup kening ku sekali lagi olehnya. Aku pun mendekatkan wajahku padannya. Dalam hati aku berkata terimakasih ya allah kau beri ia untuk ku tuk lengkapi hidupku sebagai teman berjuang di jalanmu.

  •  


    Tujuh tahun lalu disaat aku dan maulana berkenalan lewat handphone secara tidak sengaja, saat itu aku duduk di kelas 3 smp dan dia di kelas 2 madrasah aliyah di ponpes tambak beras jombang. Dia memberanikan diri untuk menjadikanku kekasihnya. Aku pun menyetujui permintaanya. Dia adalah anak dari keluarga yang paling dihormati di desaku. Keluarga seorang ulama besar. Entah mengapa ia tertarik padaku. Usianya saat itu 17 tahun sedangkan aku masih 14 tahun, kakaknya adalah guru ngajiku sedangkan ibunya adalah guru agamaku sewaktu aku di sekolah dasar. Keluarganya dikenal sebagai keluarga yang sangat memegang teguh agama.

    Tujuh tahun kami berpacaran jarak jauh. Hanya bertemu 3 – 4 kali dalam setahun. Itu pun tak lama, karena kami menghindari hal hal yang membuat fitnah. Di ponpes itu ia belajar 6 tahun. Saat berpacaran denganku, dia baru mondok 1,5 tahun. Setelah itu dia melanjutkan kuliahnya di salah satu universitas. Sedangkan aku kini berkuliah di UGM dalam jurusan bahasa indonesia. Sesuatu yang aku cita citakan selama ini. Sebentar lagi aku akan diwisuda sedangkan mas maulana masih di semester 6. Maklum dia terkendala di pondok. Namun begitu dia telah menjadi seorang pengusaha obat herbal di jombang.
    Hubunganku dengannya selama itu bukannya tak mengalami banyak cobaan. Hanya bertukar kabar seminggu sekali dan bertemu setahun 3 – 4 kali membuat banyak godaan datang menghampiri kami.
    Namun dari masing masing keluarga kami tak ada kendala apapun. Alhamdulillah. Keluargaku (ibu dan kakakku) Mengetahui aku berpacaran dengannya sejak 7 tahun yang lalu. Sedangkan keluarganya baru mengetahui sejak 2 tahun lalu. 5 tahun kami menutupi hubungan ini dari keluarganya. Karena dia tak boleh berpacaran. Bahkan hampir saja ia dijodohkan oleh orangtua dan kakaknya. Sebelum akhirnya dia mengatakan kalau sudah punya calon istri, yaitu aku.
    Seminggu yang lalu ia beserta keluargannya datang untuk mengkhitbahku. Dan 3 hari lagi aku akan resmi menjadi istrinya. Aku tak pernah menyangka. Long distance relationship yang kami jalani akhirnya berakhir indah.
    Tepat hari ini, aku resmi dipersuntingnya. Dijadikan kekasih halalnya, dijadikan makmumnya, dijadikan bidadari hidupnya. Kebahagiaan itu amat sangat terpancar dari raut wajah kami berdua. Terima kasih ya allah. Telah kau jadikan kami pasangan yang amat beruntung di dunia ini.
    Laillahailallah..

Comments

The Visitors says
Download Free Software Latest Version